Perubahan iklim. Dua kata inilah yang menggambarkan kondisi dunia saat ini . Namun, justru benar-benar terlihat, baik alam maupun manusia dibuat bungkam oleh “Perubahan Iklim” yang sesungguhnya disebabkan oleh manusia .
Di Indonesia misalnya. Dalam kurun waktu setahun saja, yaitu pada tahun 2010, puluhan bencana banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus terjadi di Indonesia.
Sebagai contoh adalah Banjir Bandang di Wasior, Papua yang diakibatkan meluapnya Sungai Batang Salai hingga menyebabkan ratusan orang meninggal. Di Jawa Tengah, terjadi letusan Gunung Merapi yang menyebabkan Mbah Maridjan tewas, ditambah dengan banjir lahar yang terus melanda bahkan sampai tahun 2011 ini. Ada juga gempa yang terjadi di beberapa titik di Sumatera dll. Dan yang terbaru akhir-akhir ini adalah Angin Kencang yang memporak-porandakan beberapa daerah.
Menilik kondisi di atas, tentunya muncul sebuah pertanyaan. Siapakah yang layak disalahkan atas kondisi ini? Apakah tuhan sebagai pembuat bencana? Tentu tidak. Justru kita-lah yang disebut ‘pemicu’ bencana. Karena kita yang menyebabkan strukur bumi ini yang dulunya begitu kokoh namun lama kelamaan rapuh. Karena kita seringkali tak pernah peduli terhadap alam tempat tinggal kita.
Faktor yang Menyebabkan Perubahan Iklim
Iklim di dunia kita ini dipengaruhi oleh kesetimbangan panas. Aliran ini bekerja karena adanya radiasi dari sinar matahari. Yang dimaksud kesetimbangan panas di sini adalah tidak semua radiasi matahari diserap oleh bumi, namun sepertiganya dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Keberadaan salju, es, dan gurun sangat-sangat berperan dalam memantulkan kembali radiasi ini. Namun, ternyata jumlah es di dunia ini semakin sedikit karena terus mencair. Ya, apalagi dengan semakin panasnya bumi kita ini. Tentu bila sampai es itu habis, maka tidak sampai sepertiga radiasi yang dapat dipantulkan. Mengapa begitu? Karena dengan mencairnya es dan salju, permukaan tanah yang sebelumnya tertutup menjadi terbuka. Karena tanah lebih gelap dari salju dan es maka akan semakin banyak panas yang diserap oleh permukaan bumi yang pada akhirnya meningkatkan suhu bumi.
Faktor lainnya adalah pemanasan global. Berdasarkan data IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), selama 157 tahun terakhir, suhu kita cenderung naik.
Hubungan Perubahan Iklim dengan Perilaku Manusia
Selama abad ke-20, suhu di Indonesia cenderung naik dari tahun ke tahunnya. Menurut berbagai sumber, suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3 ˚C sejak tahun 1990. Parahnya lagi, kenaikan ini terjadi pada semua musim. Beberapa penyebab yang paling mencolok adalah penebangan hutan untuk tempat tinggal, banyaknya asap kendaraan bermotor, serta semakin banyaknya gedung yang ber-AC tentu menyebabkan suhu semakin tinggi. Belum lagi industri yang semakin marak, sehingga asapnya pun dapat ‘mendukung’ pemanasan global.
Dampak buruk lainnya dari peningkatan suhu adalah mempercepat pelelehan lapisan es di kutub utara maupun selatan. Tentunya itu berbahaya. Sebab, bila sampai cair, maka dapat terjadi banjir besar yang menenggelamkan banyak pulau di dunia.
Dalam laporan PBB yang berjudul Livestock's Long Shadow: Enviromental Issues and Options (Dirilis bulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9 % karbon dioksida, 37 % gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam jangka 20 tahun dan 23 kali dalam jangka 100 tahun), 65 % dinitrogen oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari CO2), serta 64 % amonia penyebab hujan asam.
Dari uraian di atas, sudah jelas terlihat bahwa berapa egoisnya manusia dalam memenuhi kebutuhannya tanpa mempedulikan alam. Sehingga terjadilah Perubahan Iklim yang tak stabil dan sulit untuk diprediksi
.Solusi untuk mengurangi Perubahan Iklim
Untuk mengurangi perubahan iklim tentu banyak langkah-langkah yang harus kita lakukan. Dengan prinsip hubungan timbal balik alam dengan manusia, yaitu “Pedulilkan Alam maka Alam akan Peduli Kepadamu”, tentu tidak akan susah bila tiap orang di dunia ini memiliki kesadaran seperti itu. Sayangnya tidak semua orang memiliki kesadaran seperti itu.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah :
- One Man, One Tree. Tanap satu pohon untuk dirimu sendiri. Anggaplah dari pohon itu nanti kamu akan memenuhi kebutuhan oksigenmu.
- Terapkan 4R (Reuse, Reduce, Recycle, Replant) Reduce (mengurangi pemakaian), reuse (memakai lagi), recycle (daur ulang), dan replant (menanam kembali). Gunakan untuk benda-benda yang merupakan sampah anorganik.
- Kurangi penggunaan kendaraan bermotor. Sebab, karena asap itulah atmosfer kita menjadi tipis. Maka beralihlah ke energi alternatif.
- Kurangi penggunaan plastik. Yak, sebab, ini merupakan sampah anorganik. Kalau belanja misalnya, kenapa tidak mencoba membawa tas sendiri?
- Kurangi penggunaan listrik. Misal mematikan lampu bila sudah tak dipakai, kemudian menggunakan barang-barang elektronik seperlunya. Jadi, mulailah dari diri sendiri. Ajaklah orang lain dengan perbuatan, bukan dengan perkataan. Tanamkan prinsip ini pada setiap orang
”Pedulikan Alam, Maka Alam akan Peduli Pada Kita Semua”
3 comments:
Setuju, seharusnya manusia yang beradaptasi dengan alam, bukan alam yang beradaptasi dengan manusia! Beginilah jadinya, bencana terus dimana2.
keren sob ..
bermanfaat banget tuhh ..:)
Menurutku tidak ada solusi terhadap perubahan iklim karena alam yang berkuasa dan manusia yang hidup di dalamnya hanya mampu menjaga kelestarian alam agar alam bersahabat dengan manusia. Begitulah kira-kira.
Posting Komentar
Silahkan Comment, No Span, No Porn!